Oleh; H. Hannan Putra, Lc, MA
Pembina Sekolah Komunitas Semut-Semut Payakumbuh, Wakil Pimpinan Pesantren ICBS Payakumbuh, Ketua MUI Payakumbuh Selatan, Peneliti dan Pengamat Pendidikan Islam
Firman Allah SWT,
وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلَّا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ
"Dan diantara mereka itu ummi (buta huruf) tidak mengetahui kitab suci kecuali amaniy. dan sesungguhnya mereka (hanyalah) menduga-duga." (QS al-Baqarah: 78).
Ayat ini memberikan penjelasan kepada kita bagaimana defenisi buta huruf yang dimaksudkan dalam Al-Qur'an. Yakni, لَا يَعْلَمُونَ (tidak mengetahui ilmunya) kecuali hanyalah sebatas "amaniy".
Tentu kita menyimak dulu bagaimana para ulama kita mendefenisikan "amaniy" tersebut. Salah satunya, sebagaimana diterangkan Imam al-Baghawi dalam tafsirnya Ma'alim at-Tanzil.
قَرَأَ أَبُو جَعْفَرٍ: «أَمَانِيَ»، بِتَخْفِيفِ الْيَاءِ، كُلَّ الْقُرْآنِ، حَذَفَ إِحْدَى الْيَاءَيْنِ تَخْفِيفًا، وقراءة العامّة بالتشديد، وهو جمع: أمنية وهي التلاوة، وقال اللَّهُ تَعَالَى: ﴿ إِلَّا إِذا تَمَنَّى أَلْقَى الشَّيْطانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ ﴾ [الْحَجِّ: 52]، أَيْ: فِي قِرَاءَتِهِ، قَالَ أَبُو عبيدة: إلا تلاوة وقراءة عن ظهر القلب لا يقرؤونه مِنْ كِتَابٍ، وَقِيلَ: يَعْلَمُونَهُ حِفْظًا وقراءة
Abu Ja'far mengatakan, "Amaniy", dengan harakat dan cara membacanya (mematikan huruf "ya", dihilangkan salah satu huruf "ya", dibaca secara umum dengan tasydid) adalah jamak dari amaniyah yang berarti "bacaan". Sebagaimana firman Allah SWT, "Tidaklah ketika mereka mengangankan sesuatu, syaitan akan membisikkan kepada amaniyah mereka." (QS al-Hajj: 52). Maksud amaniyah dalam ayat ini adalah bacaaan.
Abu Ubaidah menambahkan, (tafsir إِلَّا أَمَانِيَّ) adalah "kecuali sebatas tilawah dan bacaan yang tidak menjiwai. Mereka tidak membacanya dari kitab suci. Dikatakan pula, mereka hanya mengetahui sebatas hafalan dan mampu membaca saja. [Ma'alim at-Tanzil, Imam Baghawi: 1/114-115].
Jika "amaniy" diartikan para ulama kita dengan kemampuan membaca bahkan hafalan, betapa tingginya standarisasi buta huruf dalam Islam. Bahkan, seorang yang sudah mampu membaca Al-Qur'an bahkan sudah hafal sekalipun, masih belum keluar dari golongan buta huruf.
Mari sekali lagi kita artikan QS al-Baqarah ayat 78, "Dan diantara mereka itu buta huruf, tidak mengetahui kitab suci kecuali amaniy (sekedar mampu membaca dan menghafal saja). Dan sesungguhnya mereka (hanyalah) menduga-duga."
Betapa jauhnya kita dari apa yang ditargetkan Al-Qur'an. Bahkan kemampuan membaca Al-Qur'an saja, masih banyak masyarakat kita yang belum bisa. Padahal banyak diantaranya yang sudah mencapai usia lansia. Namun belum juga mampu mengucapkan huruf-huruf hija'iyyah dengan benar.
Apalah lagi menaikkan standar buta huruf ke level hafal. Padahal menurut Para Mufassir, yang sudah hafal Al-Qur'an 30 juz sekalipun, masih tergolong buta huruf jika belum memahami tafsir dari ayat-ayat yang mereka hafal.
Sekali lagi, betapa jauhnya standar pendidikan kita hari ini dari apa yang diberikan Al-Qur'an. Jika demikian, sudah berapa banyak sekolah, pesantren, bahkan perguruan tinggi yang sudah mengeluarkan orang dari buta huruf menurut standar Al-Qur'an?
Sejauh ini pesantren-pesantren kita yang diklaim sebagai sekolah Al-Qur'an, ternyata belum mampu menjamin tamatannya hafal Al-Qur'an 30 juz. Bahkan untuk keluar dari batas buta huruf saja, masih hal sangat berat untuk model pendidikan kita saat ini. Lalu dengan "pe-de" nya kita berangan-angan bahwa Islam akan bangkit dan jaya di tangan kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar