Hafal Al-Quran di Usia Belia

Breaking News

Agar Lelah menjadi Lillah..


Oleh; al-Ustadz H Hannan Putra, Lc, MA

Pengasuh Sekolah Komunitas Semut-Semut Payakumbuh.

Salah satu lelah yang dirahmati Allah SWT adalah lelahnya seorang ibu yang mengasuh anaknya. Ini termasuk salah satu diantara lelah yang dipuji, seperti; lelahnya seseorang mencari rezki yang halal untuk membiayai keluarganya, lelahnya seorang penuntut ilmu, lelahnya pejuang yang berjaga/ berperang di jalan Allah, lelahnya seseorang dalam ibadah, dan lelahnya para da'i/ ulama dalam berdakwah.

Beberapa wanita yang dinobatkan sebagai wanita mulia ternyata mayoritas mereka tidak lepas dari tugas mereka mengasuh anak. Sebagaimana Maryam binti Imran yang dalam kondisi sulit mengasuh dan membesarkan anaknya. Kelak anaknya tersebut menjadi seorang Nabi Ulul 'Azmi (kelompok Nabi pilihan) yakni Isa AS. Demikian juga Siti Aisiyah yang membesarkan anak angkatnya dalam tekanan dan kezhaliman Fir'aun suaminya. Anaknya tersebut pun kelak menjadi seorang Nabi Ulul 'Azmi pula, yakni Musa AS.

Hingga Khadijah binti Khuwailid yang mengasuh enam orang anak Nabi SAW. Begitu juga Fathimah az-Zahra putri kesayangan Nabi SAW. Sosok yang mengurusi rumah tangga dan membesarkan dua cucu kesayangan Nabi Hasan dan Husein, di tengah kondisi ekonomi yang sangat buruk.

Sampai di sini, ketahuilah wahai para ibu. Tugasmu mendidik dan membesarkan anak akan menjadikanmu wanita mulia di sisi Allah SWT. Seorang ibu yang sabar dalam mendidik putra-putrinya, menjalani itu semua sebagai "jihad" dan bernilai pahala sangat tinggi di sisi Allah, kelak berhak untuk "memanen" hasilnya. Ia akan mendapatkan pengabdian dari anaknya.

Inilah doa yang diajarkan al-Qur'an di surat al-Isra' ayat 24;

رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا 

"Wahai Tuhanku, rahmatilah mereka (orang tuaku) keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil."

Kalimat رَبَّيَانِي dalam ayat ini diambil dari kata tarbiyah, yang hari ini diterjemahkan dengan "pendidikan, perawatan, pengawasan, dst". Maksudnya, orang tua yang memberikan pendidikan, perawatan, pengawasan kepada anaknya ketika kecil, maka ia berhak mendapatkan rahmat dari Allah dan kebaktian dari anaknya kelak.

Pendidikan dan pengasuhan yang diberikan orang tua, sebagaimana dalam ayat ini, hanyalah sampai anak tersebut mencapai usia baligh. Proses pendidikan sampai anak menjelang baligh inilah yang urgent dan betul-betul harus diperhatikan. Ketika dia sudah baligh, ia bisa dimasukkan ke pesantren. Ia lebih memilih dunia dan teman-temannya dibanding orang tuanya. Mau tidak mau, siap tidak siap, orang tua sudah harus melepasnya. 

Maka ingatlah sekali lagi, wahai para orang tua. Anakmu hanya menjadi milikmu sampai dia baligh. Perhatikanlah pendidikannya, pengasuhannya, dan bekal untuk masa depannya. Sehingga ketika ia baligh, engkau dan anakmu sudah siap untuk "berpisah".

Diakhir tulisan ini, mari kita simak kisah si ibu hebat dalam mengasuh dan membesarkan anaknya. Kisah itu dituturkan si anak yang dikenang orang kehebatannya hingga hari ini. Ia adalah Imam Mazhab Hanbali, Ahmad bin Hanbal Rahmatullahu 'alaihi

حفظني أمي القران و انا ابن عشر سنين. و كانت توقظني قبل صلاة الفجر و تحمي لي ماء الوضوء فى ليالي بغداد الباردة، و تلبسني ملابسي ثم تتخمر و تتغطي بحجابها و تذهب معي إلى المسجد لبعد بيتنا عن المسجد..

"Ibuku sudah menjadikan aku hafal Al-Quran saat usiaku masih 10 tahun. Ia selalu membangunkanku sebelum shalat subuh dan memanaskan air untuk aku berwudhu, karena malam-malam kota Baghdad yang sangat dingin. Ia lalu memakaikan pakaianku. Kemudian ia memakai khimar/ cadar dan hijabnya untuk mengantarkanku ke masjid karena jarak rumah kami yang sangat jauh dari masjid."

Ulama besar dan Imam mazhab Ahmad bin Hanbal adalah hasil kerja keras seorang ibu yang luar biasa. Lalu, seberapa keraskah perjuangan kita untuk pendidikan anak-anak kita?

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMBINA

PEMBINA

VIDEO TESTIMONI TOKOH

Temukan di Facebook