Oleh; Aulia Tivani SKM
Kepala Sekolah Komunitas Semut - Semut Payakumbuh
Al-Qur'an memberikan panduan yang sangat komprehensif dan sempurna bagaimana pola pendidikan anak. Diantaranya adalah, tidak memberikan barang-barang yang belum cocok di usianya. Sebagaimana Firman Allah SWT, وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُم "Dan janganlah kamu memberikan harta (barang berharga) kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya." (QS. An-Nisa’ [4]: 5).
Ayat ini memberikan rumus kepada para orang tua, bahwa mal (harta/ barang berharga) diberikan kepada anak setelah sempurna akalnya.
"Ibaratnya, kita memberikan rendang kepada anak usia 1 bulan. Bukan berarti rendangnya itu tidak baik. Tetapi anak usia 1 bulan belum waktunya diberi rendang. Anak kita yang baru 1 bulan bisa celaka jika tetap diberi rendang. Begitu juga dengan gadget. Bukan gadgetnya yang tidak baik, tapi usia anak-anak kita belum waktunya diberikan gadget. Bisa celaka anak-anak kita jika tetap diberikan," papar Co-Founder Sekolah Komunitas Semut - Semut Payakumbuh, Ustadzah Aulia Tivani SKM, dalam keterangan rilisnya kepada Wartawan, Rabu (5/8/2020).
Menurutnya, sudah banyak sekali peneliti dan pakar yang menyebutkan, bahwa gadget sangat berbahaya bagi anak-anak. "Sebutlah rekomendasi dari Parents Against Underage Smartphones, sebuah group di Colorado, Amerika Serikat. Dr Tim Farnum dan sosiolog disana memperjuangkan aturan tentang penjualan smartphone," paparnya.
Penjual smartphone diharuskan memberi laporan bulan ke Colorado Department of Revenue Colorado tentang usia pembeli smartphone. Selain mengedukasi pembeli tentang bahaya penggunaan smartphone bagi anak, penjual yang tetap menjual smartphone untuk anak-anak bisa dikenakan denda antara 500 USD (Rp 6,6 juta) sampai 20.000 USD (Rp 265 juta).
"Sementara di Indonesia masih bebas memberikan smartphone bagi anak-anak. Balita pun, agar tidak menangis kita bujuk dengan tontonan di smartphone. Anak-anak kita ultah dibelikan kado smartphone. Tanpa dipedulikan lagi bahaya radiasi bagi kesehatannya, hingga dampak yang lebih bahaya pada psikologis mereka," papar Vani.
Vani menegaskan, orang tua yang sayang anak bukan berarti menuruti seluruh keinginan anaknya. "Mari kita tauladani Umar bin Abdul Aziz. Seorang khalifah yang kaya raya. Tapi mendidik anaknya dengan kesederhanaan dan kebersahajaan. Tak melulu menuruti keinginan anaknya. Tak jarang anak-anaknya tidur dalam kondisi kelaparan. Setelah sepeninggalnya, anak-anak Umar tersebut juga menjadi kaya raya namun dengan usahanya sendiri," jelasnya.
Disamping itu, Vani juga mengkritisi pola pembelajaran sekolah secara virtual yang dijalankan banyak sekolah pasca-wabah ini. "Dahulu kita sepakat untuk menjauhkan anak-anak dari gadget. Kita juga sepakat bahwa gadget mengganggu pelajaran di sekolah. Tapi kok sekarang pelajaran sekolah itu malah yang disampaikan melalui gadget? Sudahkah ini dikaji hal ini sebenar-benarnya?" ujar beliau.
Berita: https://www.semangatnews.com/gadget-dan-pendidikan-anak-aulia-tivani-usia-anak-anak-belum-waktunya-diberikan-gadget/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar