Dari kunjungan Gubernur Sumatera Barat terpilih, H Mahyeldi Ansharullah ke Sekolah Komunitas Semut-Semut Payakumbuh, Sabtu (6/2/2021) membuatnya tertegun dengan konsep sekolah yang satu ini. “Saya tadi berdiskusi dengan pembina Sekolah Semut-Semut Ustadz Hannan. Konsep sekolah dengan menerapkan kurikulum Qur’an bagi anak usia dini. Ini menarik karena menerapkan bagaimana cara Nabi SAW dahulu mendidik umatnya,” papar beliau kepada wartawan, Sabtu (6/2/2021).
Mahyeldi mengapresiasi beberapa konsep dan materi pelajaran yang ada di Sekolah Komunitas Semut-Semut. Diantaranya, metode akselerasi menghafal Al-Quran untuk anak usia dini, penyajian materi pelajaran dengan berkisah, sampai pelajaran berkebun dan berternak/ Qurban.
“Hasilnya saya kira sudah terbukti. Saya bahagia melihat anak-anak empat-lima tahun ini sudah hafal Al-Quran satu juz dua juz. Hebat!” puji beliau.
Kehadiran Mahyeldi bersama rombongan DPD PKS Kota Payakumbuh dan Limapuluh Kota dalam rangka bersilaturrahim dengan tokoh ulama dan pimpinan ormas Islam di Kota Payakumbuh. Di Sekolah Komunitas Semut-Semut, Mahyeldi dan rombongan terlibat diskusi bagaimana memajukan pendidikan di Sumatera Barat.
“Dari nama sekolahnya saja menarik. Awalnya saya pikir lucu juga nama sekolahnya Semut-Semut. Ternyata diambil dari salah satu Surat dalam Al-Quran (An-Naml). Filosofinya, semut itu kompak, bersatu, dan solid. Sehingga tak ada musuh yang tak bisa ditakhlukkannya. Jiwa persatuan dan kerja teamwork ini yang kita butuhkan saat ini, bukan berkompetisi suka menang sendiri,” tambah anggota DPD PKS Kota Payakumbuh, Yengki Otrio yang turut mendampingi kedatangan H Mahyeldi. Ia mengaku juga salah seorang wali murid yang menyekolahkan anak-anaknya di Sekolah Semut-Semut.
Pembina Sekolah Komunitas TAUD Semut-Semut Payakumbuh Ustadz H Hannan Putra Lc MA mengatakan, konsep sekolah memang dikawal sangat ketat dan punya konsep menarik. Misalkan saja, di sekolah tingkat pra-sekolah dasar ini tidak menyediakan arena permainan. “Memang demikian, karena seorang anak yang sudah dimasukkan Al-Quran ke dalam jiwanya akan lebih cepat dewasa dari usianya,” papar beliau yang juga Ketua MUI Payakumbuh Selatan tersebut.
Beliau mengisahkan, ketika Nabi Yahya yang masih berusia empat tahun diajak bermain oleh teman-temannya ternyata ditolaknya. “Yahya AS yang berusia empat tahun itu berkata pada teman-temannya, ‘tidaklah kita diciptakan untuk bermain-main. Kita diciptakan untuk perkara yang jauh lebih mulia’,” kisah beliau.(07)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar